5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Pemimpin

SATU

Tidak Berbicara dengan Bahasa Manusia

Mungkin kamu tidak menyadari saat melakukan kesalahan ini. Bahasa verbal yang kamu tangkap dari anggotamu sepertinya sudah cukup. Tetapi benarkah kata “YA” itu berarti setuju? Atau kata “TIDAK” selalu berarti penolakan? Bahasa manusia tidak sesederhana itu, meskipun sebenarnya tidak rumit juga. Kamu hanya perlu memperhatikan 2 bahasa yang digunakan manusia. Satu yang keluar dari mulut dan satunya lagi dari gesture atau bahasa tubuh mereka.

DUA

Tombol ON-OFF

Mereka mengira tugas pemimpin hanyalah menjadi komandan bagi kelompoknya. Asalkan sudah bisa memberikan perintah dan dipatuhi, sudah cukup. Seharusnya seorang pemimpin mampu memposiskan dirinya, buka sekedar sebagai komandan yang bisa menyuruh, tetapi juga sebagai “ibu” yang bisa menjaga anak-anaknya dan “guru” yang mendidik anggotanya.
Ada kalanya kita perlu bertindak tegas dalam memerintah, ada kalanya pula harus bersabar dengan menuntun orang yang kita pimpin. Seorag pemimpin sejati seolah-olah memiliki tombol On-Off sendiri untuk memilih fungsi yang manakah yang mestinya keluar dalam tiap kondisi berbeda.

TIGA

Tidak Bertanggung Jawab

Sudah seharusnya pemimpin adalah bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan kelompoknya. Namun, yang sering terjadi adalah melempar tanggung jawab secara tersamar, terutama saat melakuka kesalahan. Ketika diingatkan bahwa ada yang tidak beres, hal pertama yang dilakukan pemimpin yang buruk bukannya bertanggung jawab membereskannya. Tetapi mencari sapa yang bisa disalahkan, yang jelas bukan dirinya. Dengan begitu, entah nanti masalah itu bisa dibereskan atau tidak, ia akan tetap aman dari kesalahan.
Pemimpin yang bertanggung jawab, tidak akan mencari siapa yang bisa di salahkan, tetapi apa akar permasalahannya dan apa solusi bersama yang bisa diambil oleh kelompoknya. Bagaimanapun juga, kesalahan setiap anggota, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemimpin.

EMPAT

Jaga Jarak

“Urusanku dengan mereka hanya sebatas urusan organisasi ini saja.
Dengan pemikiran tersebut, seringkali pemimpin tidak mau tahu bagaimana keadaan anggotanya di luar organisasi. Atau bisa juga karena khawatir mengganggu privasi anggotanya.
Seorang pemimpin sejati seharusnya memiliki kepedulian yang lebih terhadap anggotanya. Dalam organisasi, kita berhadapan dengan manusia, bukan mesin. Setiap permasalahan pribadi yang sedang dialami, pasti berpengaruh dalam aktifitas di organisasi. Pemimpin tidak bisa begitu saja dengan menyatakan, “Jangan membawa urusan pribadi ke sini.” Pernyataan ini ada benarnya, tetapi bukan berarti habis manis, sepah di buang. Saat kamu sedang tak ada masalah, mari kita bekerja bersama. tetapi jika kamu punya masalah, silahkan selesaikan urusanmu sendiri.
Hal itulah yang banyak terjadi di Pramuka. Saat sehat, tenaganya dipakai berhari-hari, tapi begitu sakit, orang tua kita lah yang kerepotan. Maka muncullah tanggapan negatif terhadap Pramuka. Jika kamu ingin menjadi pemimpin sejati, berusahalah memahami kondiri pribadi tiap anggotamu. ketahui permasalahan-permasalahan pribadi mereka. Pertimbangkan solusi apa yang bisa kamu sumbagkan dan jaga agar tidak membuatnya merasa diusik privasinya. Sehingga setiap anggota merasa punya manfaat lebih ketika aktif di organisasi. Dari snilah loyalitas akan terpupuk.

LIMA

Mengutamakan Penampilan

Hal ini memang penting, tetapi jangan sampai mengalahkan kualitas hasil yang sebenarnya. Dengan memodifikasi kemasan, asalkan sudah berjalan,bisa saja kegiatan selalu terlihat sukses. Tanpa memperhatikan apa tujuan atau target kegiatan yang kita jalankan. Permimpin yang buruk seringkali malas atau takut menuliskan dengan jelas apa target kuantitatif dan kualitatif dari kegiatan yang dijalankannya.
Lain halnya dengan pemimpin yang baik. Setiap kegiatan yangn ia rencanakan selalu disertai tolok ukur keberhasilan kegiatan. Sehingga pada akhir kegiatan, ia bisa mengukur apakah kegiatan yang telah dijalankannya sukses atau gagal.
Share:

No comments:

Popular Posts

Recent Posts

Pages